Archive for Agustus 19, 2009

KRL Jabodetabek

Desain-2Wacana elektrifikasi jalur Kereta Api (KA) di Indonesia telah didiskusikan oleh para pakar kereta api dari perusahaankereta api milik pemerintah Hindia Belanda yaitu: Staats Spoorwegen (SS) sejak tahun 1917 yang  menunjukkan bahwa  elektrifikasi jalur KA secara ekonomi akan menguntungkan. Elektrifikasi jalur KA pertama dilakukan pada jalur KA rute Tanjung Priuk – Meester Cornelis (Jatinegara) dimulai pada tahun 1923 dan selesai pada tanggal 24 Desember 1924. Untuk melayani jalur kereta listrik ini, pemerintah Hindia Belanda membeli beberapa jenis lokomotif listrik untuk menarik rangkaian kereta api diantaranya adalah Lokomotif Listrik seri 3000 buatan pabrik SLM (Swiss Locomotive & Machine works) –BBC (Brown Baverie Cie), Lokomotif Listrik  seri 3100 buatan pabrik AEG (Allgemaine Electricitat Geselischaft) Jerman. Lokomotif  Listrik seri 3200 buatan pabrik Werkspoor Belanda serta KRL (Kereta Rel Listrik) buatan pabrik Westinghouse dan KRL buatan pabrik General Electric. Bagian dari perusahaan Staats Spoorwegen yang menangani sarana, pasarana dan operasional kereta listrik ini adalah Electrische Staats Spoorwegen (ESS).

Peresmian elektrifikasi jalur KA bersamaan dengan hari ulang tahun ke 50 Staats  Spoorwegen, sekaligus juga peresmian stasiun Tanjung Priuk yang baru yaitu pada 6 April 1925. Elektrifikasi jalur KA yang mengelilingi kota Batavia (Jakarta) selesai pada 1 Mei 1927.  Elektrifikasi tahap selanjutnya dilakukan pada jalur KA rute Batavia (Jakarta Kota) – Buitenzorg (Bogor) dan mulai dioperasionalkan pada tahun 1930.

Jalur kereta listrik di Batavia ini menandai dibukanya sistem angkutan umum massal yang ramah lingkungan, yang merupakan salah satu sistem transportasi paling maju di Asia pada zamannya. Di masa itu, kereta listrik telah menjadi andalan para penglaju (komuter) untuk bepergian, terutama bagi para penglaju yang bertempat tinggal di Bogor dan bekerja di Jakarta.

Setelah Indonesia merdeka, lokomotif-lokomotif listrik ini masih setia melayani para pengguna angkutan kereta api di daerah Jakarta – Bogor. Pemerintah Indonesia sejak kemerdekaan tidak pernah membeli lokomotif listrik  untuk mengganti atau menambah jumlah lokomotif listrik yang beroperasi. Namun pada akhirnya, dengan usia yang telah mencapai setengah abad, lokomotif-lokomotif ini dipandang tidak lagi memadai  dan mulai digantikan dengan rangkaian Kereta Rel Listrik baru buatan Jepang sejak tahun 1976.

Seiring perkembangan zaman, Commuter (KRL Jabotabek) yang beroperasi sekarang sudah memiliki berbagai fasilitas dan kelas, mulai dari tempat duduk yang ”empuk” hingga Air Conditioner (AC) yang menyejukkan. Saat ini ada tiga kategori atau kelas pelayanan Commuter, antara lain  Commuter ekonomi non-AC, Commuter Ekonomi AC dan Commuter Ekspres AC.

Sistem pengoperasian  Commuter terpadu di wilayah Jabotabek dimulai pada tahun 2000,  saat itu pemerintah Indonesia menerima hibah 72 unit KRL. Dari jumlah tersebut, sebanyak 50 unit gerbong bisa langsung digunakan dan dioperasikan sebagai rangkaian-rangkaian KRL Pakuan yang melayani rute Jakarta – Bogor, PP.

Saat ini Commuter melayani lintas Jakarta – Bogor, PP; Jakarta – Tanahabang, PP; Jakarta – Bekasi, PP;  Jakarta – Tangerang, PP; dan Jakarta – Serpong, PP.

Selain itu, ada juga Commuter lingkar Jakarta dengan nama KRL Ciliwung, dengan rute Manggarai – Tanahabang – Angke – Kemayoran – Pasarsenen – Jatinegara  kembali ke Manggarai dan arah sebaliknya.

Dengan tarif mulai Rp. 1.500,- untuk kelas Ekonomi non-AC hingga Rp. 9.000,- untuk kelas Ekspress AC, sedangkan untuk kelas Ekonomi AC tarifnya Rp. 4.500,-. Memang tergolong sangat murah bila dibandingkan jarak tempuhnya yang cukup jauh. Apalagi pada zaman yang serba mahal sekarang, keberadaan KRL sangat membantu mengurangi beban para warga BODETABEK yang mencari rupiah di Jakarta.

Ternyata tarif yang murah juga diimbangi dengan pengorbanan yang mahal oleh setiap penumpang KRL. Mulai dari rute KRL Jabotabek yang sangat sering bermasalah, seperti kacaunya perjalanan, mogoknya KRL, dan terkadang terjadi pula kasus kecelakaan seperti anjloknya KRL, tabrakan di pintu perlintasan, dan tewasnya penumpang yang naik di atas gerbong. Akibatnya, KRL mengalami keterlambatan yang kadang bisa sangat parah yakni mencapai 3 jam bahkan tidak jarang sering terjadi pembatalan perjalanan KRL.  Belum lagi banyak aksi kejahatan & pelecehan seksual yang dialami oleh para penumpang KRL.

Agustus 19, 2009 at 7:11 am 2 komentar


Agustus 2009
S S R K J S M
 12
3456789
10111213141516
17181920212223
24252627282930
31